ali.maskur388@gmail.com

Selasa, 29 Desember 2015

REFLEKSI KE-5

FILSAFAT & BERFILSAFAT
(Kunci Terjauhnya Bayang-Bayang Para Mitos)


Bismillahirrahmanirahiim
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokaatuhu

Pertemuan ke-5 ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 13 oktober 2015, pukul 11.10 WIB s.d 12.50 WIB di ruang 305B gedung lama Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Prodi S2 Pendidikan Matematika kelas A untuk mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen pengampu Bpk. Prof. Marsigit, MA. Pada pertemuan kali ini, sistem perkuliahan diawali dengan penjelasan terkait pentingnya suatu tes jawab singkat, bukan hanya sekedar nilai semata, melainkan sebagai pemberian ilmu. Dengan filsafat adalah proses olah pikir, sehingga ketika melakukan tes jawab singkat terkait filsafat dari hal-hal yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari pun mampu untuk mengadakan dan memancing pikiran kita untuk lebih berpikir luas, cepat, dan sesuai dengan ruang dan waktunya. Menurut beliau, ketika mahasiswa mampu untuk membaca dan mensintesiskan apa yang ia baca, berarti ia telah berproses olah pikir, yang tanpa disadari ia telah mencerdaskan pikirannya.
Sebagaimana telah disinggung di awal tadi, bahwa berfilsafat itu suatu proses olah pikir, kalau dilihat dari tataran dimensinya maka dimensi yang terletak paling bawah ialah dimensi material, di atasnya terdapat dimensi formal dan di atas formal ada dimensi normatif, di atas normatif itu spiritual, dan dimensi yang tertinggi dalam berfilsafat adalah dimensi spiritual. Maka terkait masalah jodoh ini harus dijelaskan dari sisi apakah ia itu perkawinan, apakah ia itu percintaan, atau pernikahan, dan sehebat-hebat pikiranku tidak lah aku mampu menjelaskan perasaanku walaupun aku setengah manusia atau bahkan setengah dewa seperti raja Thailand yang dianggap setengah dewa oleh rakyatnya, dihormati sebagai raja setengah dewa, ia pun tidak akan pernah mampu memikirkan semua perasaan hatinya. Itu pertanda bahwa pikiran manusia tidak akan mampu menjangkau spiritualisme secara menyeluruh, hanya sebagian kecil saja yang mampu dipikirkan oleh manusia. Kemudian sehebat-hebat kalimat atau perkataan yang diucapkan seseorang, tidaklah mungkin mampu mengucapkan semua yang ada dipikirannya, ketika terlihat ceria belum tentu perasaan atau pikirannya lagi senang, bisa jadi ia memikirkan sesuatu hal lain. Dan sehebat-hebat tulisan seseorang, tidaklah mampu menulis semua hal yang ia pikirkan ataupun yang ia ucapkan.
Membicarakan tentang pernikahan, bahwa kata ini pun memiliki struktur yang lengkap, baik itu ditinjau dari segi meterial, formal, normatif, maupun spiritual. Namun, ada hal yang kita tidak dapat memikirkannya, misalnya kenapa saya ketemu kamu dan menikah denganmu? Ranah inilah yang dapat dipahami dari aspek spiritual, bahwa aspek spiritual yang dapat berperan untuk memecahkan pertanyaan di atas. Spiritual itu sendiri dari langit turun ke bumi, sedangkan dalam filsafat ialah terkait yang ada di bumi, sehingga tidak lah mampu untuk memikirkan urusan-urusan yang ada di langit.
Adanya pernikahan pun tidak dapat dipisahkan dari kata jodoh, jodoh pun ketika ekstensinya diturunkan maka ngeri jika dipikirkan, terlalu primitif. Sehingga manusia pun hidup memiliki potensi untuk menikah. Tentang adanya seseorang yang tidak menikah di dalam hidupnya, itu di luar dari pembicaraan ini yang sebenarnya memiliki potensi untuk menikah. Bahkan hewan dan buah-buahan pun juga memiliki jodoh, demikian yang mengindikasikan bahwa setiap makhluk di muka bumi ini memiliki potensi untuk berjodoh, sekalipun hewan yang cara berjodohnya sangat miris jika dipikirkan dengan jodohnya manusia.
Hal demikian sesuai dengan latar belakangnya, ketika potensi pada tumbuhan ini dinaikkan ke hewan maka bahasanya pun naluri atau insting, kemudian ketika dinaikkan lagi ke tingkatan manusia maka bahasanya pun intuisi. Sehingga orang yang cerdas dalam filsafat adalah orang yang sopan terhadap ruang dan waktunya.
Selanjutnya, perkuliahan ini membahas tentang manusia yang memiliki tujuan hidup dan bagaimana ketika tujuan hidupnya itu tidak terpenuhi. Tujuan itu dalam filsafat adalah idealis, dan idealis itu adalah sesuatu yang ada di dalam pikiran setiap manusia. Sehingga antara pikiran dan fakta itu belum tentu sinkron. Dalam ranah kehidupan, baik itu usaha ataupun berpikir adalah dari unsur yang disintesiskan, contoh saja sintesis antara berhasil dan tidaknya sesuatu, sintesis antara kenyataan dan tujuannya, atau bahkan sintesis antara sehat dengan sakit. Semuanya jika dipandang dari sudut pandang spiritual akan bersifat relatif, tidak absolut, dan yang absolut ialah kekuasaan yang Maha Satu. Demikian menunjukkan bahwa kriteria kesuksesan ialah relatif, manusia memiliki perspektif yang berbeda-beda pula. Ada halnya ketika manusia dilanda suatu kegagalan (tujuan yang tidak sinkron dengan realita), namun setelahnya ia bertawakal, berdo’a, tetap berusaha dan lain sebagainya. Dan dengan demikian ia mampu meraih keberhasilan atas kegigihannya. Ini pula yang disebut suatu keberhasilan dengan tema yang berbeda dari yang lainnya. Hal yang dapat kita ingat bahwa manusia hidup dengan potensi-potensi yang dimilikinya masing-masing, sehingga jalannya meraih impiannya pun berbeda-beda. Yang harus kita cermati bahwa seeorang yang pantang menyerah terkait hal yang ia citakan kemudian ia meraih kesuksesan dengan kegigihannya merupakan suatu tekad yang mengagumkan, ia mendapatkan 2 makna pelajaran hidup.
Tak pelak kehidupan ini diliputi dengan berbagai cobaan, boleh saja orang membuat rencana dari suatu tujuan secara lurus. Namun bukan berarti kehidupan realitanya pun akan sejalan yang ia rencanakan/sesuai tujuan. Ini yang menjadi tolak ukur manusia dalam berkembang, apakah ia pandai bersyukur di atas cobaan yang ia hadapi atau bahkan ia mengeluh dengan berprasangka negatif terhadap Allah SWT. Dapat dikatakan pula dengan mendahului kehendak Tuhan atau dalam bahasa jawanya “nggege mongso”.
Sangkut-paut dari paragraph di atas dalam bahasa filsafatnya ialah tidak menempatkan sesuatu hal yang sesuai dengan ruang dan waktunya atau bahasa spiritualnya ialah dzalim terhadap ruang dan waktu.
Pembahasan selanjutnya terkait “Kenapa matematika murni disebut sebagai koherentisme?”. Prof. Marsigit pun menjelaskan bahwa matematika murni itu hanya seputar membuat definisi, aksioma, dan teorema. Sehingga teorema yang berjumlah hingga ribuan pun harus memenuhi kaedah konsistensial atau yang dikenal dalam bahasa filsafatnya koherentisme. Ini pun ada lawannya, yaitu yang sesuai dengan ruang dan waktu atau dalam bahasa filsafatnya yaitu korespondensi. Matematika itu hanya membutuhkan logika, sehingga tidak menuntut kecocokan dengan kenyataan dalam pemisalannya. Hal inilah yang ditentang oleh tokoh besar Immanuel Kant, yang mengungkapkan bahwa ilmu itu haruslah berdasarkan pikiran dan pengalaman. Sanggupkah kita untuk hidup hanya dengan menggunakan pikiran semata? Atau sebaliknya, mampukah kita hidup hanya dengan pengalaman semata? Demikian dari kedua-duanya itu dapat saling melengkapi untuk mengarungi suatu kehidupan, bahwa kehidupan ini harus memenuhi 2 aspek tersebut yaitu pikiran dan pengalaman.
Terakhir perkuliahan ini membahas tentang ketidakpastian dalam hidup ditinjau dari kalangan filsuf. Dalam filsafat, hanya terdapat 2 macam persoalan:
a.    Jika yang engkau pikirkan ada dalam pikiranmu maka bagaimana cara engkau menjelaskan kepada orang lain?
b.  Dan jika yang engkau pikirkan ada di luar pikiranmu, lalu bagaimanakah engkau dapat memahaminya?
Berfilsafat adalah mengolah pikir terkait yang ada di kehidupan kita, menjawab terkait 2 poin di atas, sehingga di dalam hidupnya pun terjauh dari para mitos.

Wallaahu a’lam bish shoab

Related Posts:

  • REFLEKSI KE-4 RUANG DAN WAKTU (SEBAGAI SATU KESATUAN ELEMEN PENTING) Bismillahirrahmanirahiim Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokaatuhu Pertemuan ke-4 ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 29 September 2015, pukul… Read More
  • REFLEKSI KE-7 MEMAHAMI DIMENSI HIDUP DARI SEGI FILSAFAT Bismillahirrahmanirahiim Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokaatuhu Pertemuan ke-7 ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 27 oktober 2015, pukul 11.10 WIB s.d 12.50 WI… Read More
  • REFLEKSI KE-5 FILSAFAT & BERFILSAFAT (Kunci Terjauhnya Bayang-Bayang Para Mitos) Bismillahirrahmanirahiim Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokaatuhu Pertemuan ke-5 ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 13 oktober 20… Read More
  • REFLEKSI KE-6 KOGITO ERGOSUM (Pemikiran Rene Descartes dengan Eksistensinya) Bismillahirrahmanirahiim Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokaatuhu Pertemuan ke-6 ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 Oktober 2015, puku… Read More
  • Nikmat Mana Lagi yang akan Kau Dustakan (Versi Filsafat) Bismillahirrahmanirahiim Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokaatuhu Pertemuan ke-2 ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15 September 2015, pukul 11.10 WIB s.d 12.50 WIB di ruang 305B gedung lama Pascasarjana Un… Read More

0 komentar:

Posting Komentar