Mata Kuliah : Metodologi Penelitian Pendidikan (PMAT)
Dosen Pengampu : Dr. Heri Retnawati
Pada dasarnya ketika kita ingin
menentukan suatu sampel dalam penelitian, maka terlebih dahulu untuk menentukan
populasi dari suatu penelitian tersebut. Demikian kedua hal tersebut baik itu
populasi dan sampel tidak bisa dipisahkan karena saling berkaitan, bahkan
sampel adalah bagian dari irisan dari populasi. Untuk membuat kita semakin
memahami tentang populasi dan sampel, berikut akan dijelaskan dalam tulisan
ini.
A. Populasi
Dalam penelitian pada umumnya, baik
itu kualitatif maupun kuantitatif adalah sama-sama menggunakan populasi dan
sampel, dalam menarik suatu sampel maka terlebih dahulu menentukan populasi.
Yang perlu kita ketahui definisi dari populasi itu sendiri, populasi dapat
diartikan sebagai sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian,
dan elemen populasi ini biasanya merupakan satuan analisis. Dan dapat dikatakan
bahwa populasi itu sendiri juga diartikan sebagai himpunan semua hal yang ingin
diketahui, atau dalam penelitian dapat pula diartikan sebagai keseluruhan unit
analisis yang ciri-cirinya akan diduga, unit analisis itu sendiri adalah
unit/satuan yang akan diteliti atau dianalisis. Demikian sesuai dengan
pernyataan Sugiarto, et al (2003: 2) yang menjelaskan populasi berarti
keseluruhan unit/individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti”. Ada hal yang perlu kita ketahui dalam
menentukan populasi itu sendiri, yaitu ada 4 faktor penting untuk menentukan
suatu populasi dalam penelitian, sebagai berikut: isi, satuan, cakupan (scope),
dan waktu. Contoh saja dalam suatu penelitian tentang prestasi belajar siswa kelas
VIII SMP Negeri X Yogyakarta Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016. Dari
yang berikut dapat kita tengarai isi, satuan, cakupan, dan waktunya. Isinya
adalah seluruh siswa SMP, satuannya adalah siswa kelas VIII, cakupannya adalah
SMP Negeri X Yogyakarta, dan waktunya semester ganjil Tahun Pelajaran
2015/2016.
Populasi dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu: populasi target dan populasi survei. Untuk lebih jelasnya akan
dijelaskan berikut di bawah ini:
a)
Populasi target merupakan populasi
yang telah ditentukan sesuai dengan permasalahan penelitian, dan hasil
penelitian dari populasi tersebut ingin disimpulkan.
b) Populasi survei (populasi sampel)
merupakan populasi yang terliput dalam suatu penelitian yang dilakukan.
Sehingga populasi target memiliki
cakupan yang lebih luas dari pada populasi sampel atau dengan kata lain
populasi sampel adalah bagian dari populasi target. Lebih jelasnya jika
penelitian ditujukan pada siswa kelas VIII SMP X Yogyakarta, maka yang dimaksud
populasi target adalah siswa se-SMP X Yogyakarta, sedangkan yang dimaksud
populasi sampel adalah siswa Kelas VIII SMP X Yogyakarta.
Jika dengan deskripsi
gambar dapat dilihat sebagai berikut:
B. Sampel
Ketika populasi suatu penelitian telah
ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan sampel. Terlebih dahulu
kita mengetahui lebih dalam apa yang dimaksud sampel? Dan bagaimana mendapatkan
sampel yang baik?
Menurut Sugiarto, et al (2003: 2)
menyatakan “sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan
menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya.
Banyaknya anggota suatu sampel disebut ukuran sampel”. Sehingga sampel adalah
unsur-unsur yang diambil dari populasi. Adapun mengapa sampel digunakan adalah
memiliki tujuan sebagai berikut:
1.
Seringkali tidak mungkin
meneliti/mengamati seluruh anggota populasi
2.
Pengamatan secara menyeluruh terhadap
populasi dapat bersifat merusak, seperti jika ingin mengetahui rasa manga maka
tidak mungkin mencicipi semuanya
3.
Menghemat waktu, biaya, dan tenaga
4.
Komprehensif (memberikan informasi
yang lebih mendalam dan menyeluruh)
Selanjutnya adalah bagaimana cara
menghasilkan sampel yang baik? Telah disinggung di atas secara umum bahwa
tujuan dari dilakukannya pengambilan sampel adalah untuk memperoleh data yang
representative dalam kaitannya dengan populasi yang menjadi sasaran penelitian.
Dalam hal ini agar informasi yang diperoleh bisa memenuhi tujuan tersebut
dibutuhkan ketepatan dari data yang dikumpulkan. Demikian untuk mewujudkan agar
data yang diambil berguna maka data tersebut haruslah objektif (sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya), representatif (mewakili keadaan yang sebenarnya),
variasinya kecil, tepat waktu, dan relevan.
Berbicara tentang sampel, tidak dapat
dipungkiri kita perlu mengetahui cara menentukan sampel yang memenuhi syarat,
teknik penentuan sampel yang ideal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
ü Dapat
memberikan gambaran yang akurat tentang populasi
ü Dapat
menentukan presisi (standard error =
nilai rata-rata populasi – nilai rata-rata sampel)
ü Sederhana
sehingga mudah untuk dilaksanakan (penelitian)
ü Dapat
memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya yang jauh lebih murah
Dengan demikian, berapa besar sampel
yang representatif? Maka besar sampel perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
ü Derajat
keseragaman (degree of homogeneity)
dari populasi atau yang disebut completely
heterogeneous
ü Presisi
yang dikehendaki dari penelitian
ü Rencana
analisis
ü Tenaga,
biaya, dan waktu
ü Besar
populasi
Sehingga semakin besar sampel maka
akan menghasilkan semakin tinggi pula tingkat presisi yang didapatkan.
Ø Teknik
Penarikan Sampel
Secara garis besar, metode penarikan sampel dapat
dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu teknik penarikan sampel dari populasi yang
dilakukan secara acak (random/probability
sampling) dan teknik penarikan sampel dari populasi yang dilakukan secara
tidak acak (non random/nonprobability
sampling). Berikut disuguhkan dalam bentuk diagram untuk pemilahannya
dengan tujuan lebih jelas dipahami:
Dari diagram di atas,
akan dijelaskan satu-persatu berikut:
a) Teknik
Probability Sampling
Teknik ini adalah teknik penarikan sampel dimana
setiap unsur/elemen sampel diberi kesempatan yang sama dan persis sama untuk
diikutkan/dipilih dalam sampel. Adapun syarat dalam penarikan sampel
probabilitas adalah tersedianya daftar anggota populasi atau daftar
unsur/elemen populasi (kerangka sampel/sampling
frame). Teknik sampel probabilitas ini memiliki berbagai macam sebagai
berikut:
1.
Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Penarikan
sampel ini secara random/ acak sederhana. Menurut Sugiarto, et al (2003:46)
menyatakan bahwa metode pengambilan sampel acak sederhana adalah metode yang digunakan
untuk memilih sampel dari populasi dengan cara sedemikian rupa sehingga setiap
anggota populasi mempunyai peluang yang sama besar untuk diambil sebagai
sampel. Cara untuk menentukannya adalah sebagai berikut:
ü Dengan
mengundi elemen/anggota dari suatu populasi yang telah ditentukan, dan
ü Dengan
menggunakan table angka random
Teknik
sampel acak sederhana ini memiliki syarat sebagai berikut:
§ Tersedia
kerangka sampel
§ Populasi
yang bersifat homogen
§ Populasinya
tidak terlalu tersebar secara geografis (posisi/letak yang berjauhan)
Teknik
ini memiliki kelebihan dan kelemahan yang patut untuk dipertimbangkan dalam
menentukan sampel. kelebihan utama dari teknik penarikan sampel secara acak
sederhana ini adalah bahwa mean (rata-rata) sampel yang diperoleh akan menjadi
penduga tidak terbias dari mean populasinya. Dengan demikian, metode analisis
dan hipotesis populasinya relatif akan lebih mudah dan tidak terlalu
menimbulkan permasalahan/kesulitan. Adapun kelemahan dari teknik ini adalah bilamana
dihadapkan pada populasi yang bersifat menyebar secara geografis (letak), maka
teknik ini akan bersifat merugikan, dalam arti memerlukan biaya yang besar dan
waktu yang lama. Teknik ini pun memiliki kelemahan lain kerangka sampel (sampling frame) dari seluruh
elemen/individu dalam populasi harus dibuat, dan seringkali data tidak tersedia
secara lengkap untuk menyusun kerangka sampel tersebut.
2. Systematic Random Sampling
Dari
namanya telah menggambarkan sedikit tentang teknik penarikan sampel ini yaitu
penarikan sampel secara sistematik. Sesuai dengan penjelasan Sugiarto, et al
(2003:62) menyatakan tentang teknik penarikan sampel secara acak sistematis
adalah metode untuk mengambil sampel secara sistematis dengan interval (jarak)
tertentu dari suatu kerangka sampel yang telah diurutkan. Dengan demikian
tersedianya suatu populasi sasaran yang tersusun (ordered population target) merupakan prasyarat penting bagi
dimungkinkannya pelaksanaan pengambilan sampel dengan metode acak sistematis. Adapun
cara melakukannya berikut:
ü Melakukan
cek keadaan daftar populasi (kerangka populasi)
ü Menentukan
jarak/interval:
ü Menetapkan
nomer berapa peneliti akan mulai menghitung (penetapan nomer pertama ini
dilakukan secara acak/random), yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5
ü Anggota
sampel berikutnya ditentukan dengan menambahkan interval pada nomer pertama dan
seterusnya.
Penarikan
sampel dengan teknik penarikan acak sistematis dapat dilaksanakan untuk
populasi dengan ukuran yang terbatas ataupun yang tidak terbatas. Teknik ini
memiliki perbandingan dari teknik sebelumnya di atas antara lain: lebih mudah
dilakukan dan dapat mengurangi subjektivitas dari si pengamat, sampel yang
terpilih seringkali tersebar secara merata dalam keseluruhan populasi sehingga
lebih banyak memberikan informasi, proses pemilihan sampel dapat lebih cepat
dilakukan dan juga menghemat biaya, dan lebih leluasa digunakan pada populasi
yang tidak diketahui ukuran besarnya. Sehingga teknik ini memiliki kelebihan dan
kekurangan yang dapat dipertimbangkan dalam memilih teknik penarikan sampel.
Kelebihan dari teknik ini adalah teknik ini bersifat lebih cepat, mudah dan
murah ketimbang teknik-teknik lainnya, teknik ini memungkinkan untuk menarik
sampel di lapangan tanpa harus menggunakan kerangka sampel, sampel ini sering
digunakan ketika data bersifat terurut. Teknik ini pula memiliki 2 kelemahan
berikut: jika urutannya tidak sepenuhnya acak, maka variasi dari populasi tidak
dapat diduga secara tepat, dan jika populasi memiliki pengulangan karakteristik
yag relatif tetap maka sampel akan menjadi seragam.
3.
Stratified
Random Sampling
Sesuai
dengan definisi dari Sugiarto, et al (2003:73) menyatakan metode pengambilan
acak terstratifikasi (stratified random
sampling) adalah metode pemilihan sampel dengan cara membagi populasi ke
dalam kelompok-kelompok yang homogen yang disebut strata, dan kemudian sampel
diambil secara acak dari tiap strata tersebut. Permasalahan ini dapat kita
temukan ketika anggota-anggota populasi tidak homogen, tetapi bisa
dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok yang relatif homogen, maka proses
pengambilan sampel dengan metode acak sederhana akan menimbulkan bias, karena
keheterogenan yang ada pada anggota populasi akan berpengaruh terhadap
informasi yang diperoleh dari variable yang diobservasi. Demikian cara untuk
memperoleh standar deviasi tetap kecil maka menggunakan teknik strata ini dalam
permasalahan di atas.
Langkah-langkah
penarikan sampel stratifikasi sebagai berikut:
ü Menetapkan
kriteria yang jelas yang akan digunakan sebagai dasar penetuan strata (lapisan)
ü Dengan
dasar kriteria tersebut populasi dibagi ke dalam sub-sub populasi (setiap sub
populasi diasumsikan homogen)
ü Penentuan
besar sampel pada masing-masing sub populasi bisa proporsional bisa pula tidak
ü Penentuan
unsur bisa dengan cara simple random/systematic
Pada
teknik ini memiliki syarat dalam hal penarikannya antara lain:
§ Kriteria
yang jelas untuk menstratifikasi
§ Ada
data pendahuluan mengenai kriteria
§ Diketahui
jumlah tiap lapisan
Teknik
penarikan sampel acak terstratifikasi ini memiliki kelebihan dengan alasan
berikut:
ü Efisien,
dalam artian memberikan hasil lebih baik ketimbang teknik penarikan acak sederhana
jika variasi populasi dalam kelompok-kelompok lebih kecil
ü Sampel
yang terambil akan memberikan informasi yang lebih baik (karena perbedaan antar
kelompok/menyusun kelompok-kelompok yang homogen)
ü Secara
administrative, pelaksanaannya lebih mudah ketimbang teknik sampel acak
sederhana
Meskipun
demikian, teknik ini pun memiliki kelemahan yang layak untuk dipertimbangkan
dalam menggunakannya, antara lain berikut:
ü Sering
tidak ada informasi awal yang tepat sebagai dasar pengelompokkan, yang mana mengakibatkan strata yang dibuat tidak sesuai dengan tujuan
ü Harus
membuat kerangka sampel yang terpisah dan berbeda untuk tiap-tiap kelompok
4.
Cluster
Sampling
Definisi
dari cluster sampling (penarikan
sampel berkelompok) menurut Sugiarto, et al (2003:90) adalah metode yang
digunakan untuk memilih sampel yang berupa kelompok dari beberapa kelompok (groups atau cluster) dimana setiap kelompok terdiri atas beberapa unit yang
lebih kecil (elements). Jumlah elemen
dari masing-masing kelompok bisa sama maupun berbeda. Kelompok-kelompok
tersebut dapat dipilih baik dengan menggunakan teknik acak sederhana maupun
acak sistematis dengan pengacakan pada kelompok pertama saja.
Teknik
ini digunakan karena memiliki/mengalami 2 permasalahan, yaitu: peneliti
kekurangan kerangka sampel yang baik (suatu populasi yang menyebar), dan biaya
yang tinggi untuk menyusun kerangka sampel dan menjangkau setiap elemen sampel.
Demikian teknik ini menjadi solusi bagi permasalahan di atas yang memiliki
kecil kemungkinan dilakukan dengan teknik-teknik di atas. Teknik cluster sampling ini memiliki cara dalam
penarikannya sebagai berikut:
ü Populasi
dibagi ke dalam mini populasi. Mini populasi memiliki karakteristik yang sama
dengan populasi
ü Pengelompokkan
mini populasi ini bisa berdasarkan pada pengelompokkan secara administrative
ü Setelah
itu menentukan cluster secara random
(bisa dilakukan secara bertingkat, missal: dari desa menjadi dukuh-dukuh atau
dusun-dusun dan lain sebagainya)
ü Cluster yang
terpilih adalah unit yang berisi elemen sampel final
Teknik
ini memiliki 2 kelebihan yaitu: pertama, tidak perlunya disusun kerangka
sampling dari seluruh populasi yang ingin diteliti. Kedua, teknik ini tetap
menjadi lebih murah karena sampel yang terambil pada akhirnya secara fisik akan
terletak pada jarak/lokasi yang relatif berdekatan.
Namun
teknik ini pun memiliki kelemahan yang pantas untuk dipertimbangkan yaitu
adanya kecenderungan kesamaan kondisi diantara 2 sampel yang berdekatan,
sehingga hanya ketika populasi tersebar secara berdekatan dapat menggunakan
teknik ini. Tetapi yang perlu digarisbawahi bahwa teknik ini dapat
diperhitungkan ketika data/informasi tidak dimiliki secara lengkap untuk
membuat suatu kerangka sampel.
5.
Multistage
Sampling
Dari
segi nama, multistage yang berarti
penarikan sampel secara bertahap. Hamper sama dengan cluster, dengan tahap lebih dari sekali. Misal: provinsi,
kabupaten, kecamatan, kelurahan/desa, dan seterusnya. Sesuai dengan pernyataan
Sugiarto, et al (2003:98) menyatakan bahwa metode pengambilan sampel bertahap
adalah metode yang dilakukan jika pengambilan sampelnya dilaksanakan dalam 2
tahap atau lebih sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengambilan sampel bertahap ini
pada tiap tahap pengambilan sampelnya dapat menggunakan metode pengambilan
sampel yang ataupun berbeda. Bahkan kombinasi antara probability sampling dan nonprobability
sampling juga dimungkinkan.
Teknik
penarikan sampel secara bertahap ini setidaknya memiliki 3 kelebihan, yaitu: teknik
ini lebih efisien dan fleksibel dari pada metode acak sederhana, sampelnya
hanya diperlukan bagi individu-individu yang ada dalam kelompok yang terpilih,
dan biaya transportasi di lapangan akan banyak dihemat (khususnya bila
kelompok-kelompok yang ada pada tahap pertama letaknya saling berjauhan). Selain
itu, teknik ini memiliki kelemahan yaitu pada penerapan teorinya yang cukup
rumit pada saat dilakukan analisis, sehingga bagi yang bukan ahli statistika
pada umumnya akan menghadapi kesulitan untuk memahami analisisnya dan memahami
prosedur pendugaannya.
6.
Area
Sampling
Teknik
ini digunakan karena populasi tidak dapat kerangka sampling. Kemudian
dibutuhkan suatu foto udara yang jelas dan rinci dari wilayah yang akan
diteliti, sehingga dapat diketahui blok-blok yang ada seperti perumahan,
pertokoan, dsb. Teknik penarikan sampel sama seperti penarikan sampel secara
bertahap.
b) Teknik
Nonprobability Sampling
Nonprobability sampling dikembangkan
untuk menjawab kesulitan yang ditimbulkan dalam menerapkan metode acak,
terutama dalam kaitannya dengan pengurangan biaya dan permasalahan yang mungkin
timbul dalam pembuatan kerangka sampel. Hal ini dapat dimungkinkan karena
kerangka sampel tidak diperlukan dalam pengambilan sampel secara nonprobability. Hasil dari nonprobability sampling ini seringkali
mengandung bias dan ketidaktentuan yang bisa berakibat lebih buruk. Meskipun
disadari adanya kemungkinan bias dalam pemilihan sampel dengan cara ini,
kenyataan menunjukkan bahwa nonprobability
sampling seringkali menjadi alternative pilihan dengan pertimbangan yang
terkait dengan penghematan biaya, waktu, dan tenaga serta keterandalan
subjektivitas peneliti. Disamping itu, pertimbangan lainnya adalah walaupun probability sampling mungkin saja lebih
unggul dalam teori, tetapi dalam pelaksanaannya seringkali dijumpai adanya
beberapa kesalahan akibat kecerobohan dari si pelaksananya.
Pengambilan
sampel dengan memperhatikan factor-faktor tersebut menyebabkan tidak semua
anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih secara acak
sebagai sampel. Demikian teknik nonprobability
sampling ini memiliki berbagai macam cara penarikannya sebagai berikut:
1.
Snowball
Sampling
Teknik sampling ini sangat tepat
digunakan bila populasinya sangat spesifik. Cara pengambilan sampel dengan
teknik ini dilakukan secara berantai, mulai dari ukuran sampel yang kecil,
makin lama menjadi semakin besar seperti halnya bola salju. Cara ini dilakukan
bila tidak mungkin diperoleh daftar yang lengkap dari populasi penelitian,
sehingga tidak terdapat kesempatan yang sama pada anggota populasi. Karena itu,
peneliti tidak dapat membuat generalisasi atau kesimpulan yang dapat mewakili populasi,
hasil analisis hanya berlaku untuk anggota populasi yang diteliti. Dengan
penarikan sampel secara nonprobaility ini,
peneliti tidak dihadapkan pada cara-cara yang rumit. Langkah-langkah penarikan
sampel dengan teknik ini dimulai dengan jumlah yang sedikit akhirnya menjadi
banyak, dengan beberapa tahap (hingga menemukan data/informasi yang jenuh).
Pertama, menentukan satu atau beberapa orang untuk diwawancarai, selanjutnya
orang-orang tersebut akan berperan sebagai titik awal penarikan sampel
selanjutnya
Berbicara teknik snowball sampling ini, maka ada
kelebihan yang harus diketahui, yaitu: melihat dari terfokusnya sampel, hasil
penelitian dengan snowball sampling ini
dapat diperkirakan tidak akan banyak menyimpang dari apa yang sebenarnya
terjadi pada populasi. Dengan kata lain, bias yang dihasilkan dari hasil
penelitian relatif kecil.. namun teknik ini pun memiliki kekurangan yang perlu
diketahui sebagai bahan pertimbangan berikut: kendala utama pada teknik ini
terletak pada besarnya waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh
informasi karena populasi yang spesifik serta tersebarnya populasi. Sehingga
wawancara via telepon pun mungkin dapat menjadi salah satu jalan keluar terbaik
bagi pengumpulan informasi selain pengiriman angket melalui pos. kemudian
kelemahan lainnya adalah sampel yang pada tahap berikutnya adalah orang-orang
terdekat (peer group), karena itu
orang pertama dipilih lebih dari satu.
2.
Quota
Sampling
Apabila kita amati, bahwa teknik
ini mirip dengan stratified sampling,
stratified sampling, yaitu denganmembagi populasi ke dalam sub-sub populasi
sesuai dengan fokus penelitian. Dan penarikan sampel jatah dilakukan bila
peneliti tidak dapat mengetahui jumlah yang rinci dari setiap strata.
Teknik sampling ini biasanya
digunakan data dari populasi yang berkaitan dengan demografi (kependudukan)
seperti: lokasi geografis, usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dsb.
Pada dasarnya, quota sampling ini sama dengan judgment sampling, sehingga
quota sampling ini dapat dikatakan sebagai judgment
sampling “dua tahap”. Dengan tahap pertama adalah tahapan dimana peneliti merumuskan
kategori control atau quota dari populasi yang akan ditelitinya seperti: jenis
kelamin, usia, ras yang terdefinisikan dengan baik sebagai basis dari keputusan
pemilihan sampel. Kemudian tahap kedua adalah penentuan bagaimana sampel akan
diambil.
3.
Sequential
Sampling
Penarikan sampel ini dimulai
dengan pengambilan sampel dalam jumlah kecil yang kemudian untuk dianalisis.
Jika hasilnya masih diragukan, maka sampel akan diambil dengan ukuran yang
lebih besar dan seterusnya.
4.
Purposive
Sampling
Sesuai dengan namanya purposive sampling yaitu penarikan
sampel yang dilakukan untuk suatu tujuan tertentu (disengaja). Teknik ini
membutuhkan kemampuan dan pengetahuan yang baik dari peneliti terhadap populasi
penelitian. Untuk menentukan siapa yang menjadi anggota sampel, maka peneliti
harus benar-benar mengetahui dan beranggapan bahwa orang yang dipilihnya dapat
memberikan informasi yang diinginkan sesuai dengan permasalahan penelitian.
Sebenarnya
ada satu teknik lagi yang termasuk dalam teknik penarikan nonprobability sampling yaitu teknik accidental/haphazard sampling atau yang dapat disebut sebagai
penarikan sampel secara kebetulan. Penarikan sampel ini dilakukan dengan cara
memilih orang yang kebetulan ditemui.
Dari
berbagai teknik di atas, bermaksud untuk mempermudahkan kita dalam menentukan
teknik penarikan sampel seperti apa yang paling tepat untuk jenis penelitian
yang dilakukan.
Wallaahu
a’lam bish shoab
REFERENSI:
Riduwan.
2012. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Sugiarto,
et al. 2003. Teknik Sampling.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
0 komentar:
Posting Komentar