RUANG DAN WAKTU
(SEBAGAI SATU KESATUAN ELEMEN
PENTING)
Bismillahirrahmanirahiim
Assalaamu’alaikum
warahmatullaahi wabarokaatuhu
Pertemuan ke-4 ini dilaksanakan pada
hari Selasa tanggal 29 September 2015, pukul 11.10 WIB s.d 12.50 WIB di ruang
305B gedung lama Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Prodi S2 Pendidikan
Matematika kelas A untuk mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen pengampu Bpk.
Prof. Marsigit, MA. Pada pertemuan kali ini, sistem perkuliahan diawali dengan sistem tanya
jawab.
Dalam mengawali
kuliah ini, Prof. Marsigit memberikan tes jawab singkat sebagai bentuk bahwa
tes bukan hanya untuk menguji pemahaman (aspek kognitif) mahasiswa, melainkan
berfungsi juga sebagai mengadakan yang mungkin ada. Artinya perihal yang
mungkin ada di dunia ini dapat kita ketahui dari berbagai macam cara, salah
satunya ketika diberikan tes jawab singkat tentang filsafat yang meliputi
seluruh aspek kehidupan, disini lah letak fungsi tes juga sebagai pemberian
informasi, yang mulanya belum tahu menjadi tahu. Tes jawab singkat disini
menyinggung bahwa sebijak-bijaknya seseorang ialah yang mampu bertindak sesuai
dengan ruang dan waktunya, memaksimalkan dan melaksanakan suatu hal yang sesuai
dengan ruang dan waktunya. Disinilah bahwa suatu ruang itu penting ketika
adanya waktu, begitupun sebaliknya suatu waktu itu dapat dikatakan penting
ketika adanya ruang. Tidak lah mungkin seorang yang melakukan penelitian itu
hanya membutuhkan tempat penelitian (ruang) untuk menggapai fakta, tetapi
tempat itu dapat dikatakan penting ketika adanya keterangan waktu yang jelas.
Sesi kedua,
kuliah ini terbentuk dengan kegiatan tanya jawab dari berbagai mahasiswa
penanya. Sebagaimana salah satu pertanyaan yang berbunyi “bagaimana
orang yang mencari zat tuhan?” Jadi begini, jika diekstensikan dalam
agama-agama seperti agama hindu yang mayoritas berada di Bali menyatakan
bahwasanya semua zat adalah sakral, tanpa terkecuali bahkan kentut pun sakral,
namun ini adalah kenyataan yang dijumpai
disana. Menurut agama Hindu, semua zat di dalam pengaruh kuasa Tuhan, hal ini
sesuai di dalam agama Islam dan bahkan filsafat pun juga demikian. Oleh
karenanya, dalam tubuh kita ini adalah zat tuhan, yaitu zat yang mana dalam
kuasa Tuhan. Sehingga ketika manusia ingin hidup yang harmoni, maka disesuaikan
dengan kodratnya Tuhan. Dalam kehidupan ini ada 2 unsur penting yang berimbang,
unsur fatal dan vital, ketika kita hidup hanya pada unsur fatal atau berserah
pada nasib/takdir saja tidak akan bisa. Sebaliknya ketika kita hidup hanya pada
unsur vital, manusia yang hanya bermodalkan ikhtiar, bekerja tanpa berdoa, maka
hidupnya pun tidak akan harmonis, kemiskinan hati yang ia miliki.
“Hidup ini tidak terlepas dari 2 unsur fital dan fatal, fital yang
sesuai dengan ruang dan waktu, kemudian diimbangi fatal dengan berdoa terkait
semua yang telah diikhtiarkan”
Wallaahu a’lam bish shoab
0 komentar:
Posting Komentar