ali.maskur388@gmail.com

Minggu, 03 Januari 2016

TEKNIK SAMPLING

Mata Kuliah               : Metodologi Penelitian Pendidikan (PMAT)
Dosen Pengampu    : Dr. Heri Retnawati

Pada dasarnya ketika kita ingin menentukan suatu sampel dalam penelitian, maka terlebih dahulu untuk menentukan populasi dari suatu penelitian tersebut. Demikian kedua hal tersebut baik itu populasi dan sampel tidak bisa dipisahkan karena saling berkaitan, bahkan sampel adalah bagian dari irisan dari populasi. Untuk membuat kita semakin memahami tentang populasi dan sampel, berikut akan dijelaskan dalam tulisan ini.
A.     Populasi
Dalam penelitian pada umumnya, baik itu kualitatif maupun kuantitatif adalah sama-sama menggunakan populasi dan sampel, dalam menarik suatu sampel maka terlebih dahulu menentukan populasi. Yang perlu kita ketahui definisi dari populasi itu sendiri, populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian, dan elemen populasi ini biasanya merupakan satuan analisis. Dan dapat dikatakan bahwa populasi itu sendiri juga diartikan sebagai himpunan semua hal yang ingin diketahui, atau dalam penelitian dapat pula diartikan sebagai keseluruhan unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga, unit analisis itu sendiri adalah unit/satuan yang akan diteliti atau dianalisis. Demikian sesuai dengan pernyataan Sugiarto, et al (2003: 2) yang menjelaskan populasi berarti keseluruhan unit/individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti”.  Ada hal yang perlu kita ketahui dalam menentukan populasi itu sendiri, yaitu ada 4 faktor penting untuk menentukan suatu populasi dalam penelitian, sebagai berikut: isi, satuan, cakupan (scope), dan waktu. Contoh saja dalam suatu penelitian tentang prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri X Yogyakarta Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016. Dari yang berikut dapat kita tengarai isi, satuan, cakupan, dan waktunya. Isinya adalah seluruh siswa SMP, satuannya adalah siswa kelas VIII, cakupannya adalah SMP Negeri X Yogyakarta, dan waktunya semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016.
Populasi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: populasi target dan populasi survei. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan berikut di bawah ini:
a)       Populasi target merupakan populasi yang telah ditentukan sesuai dengan permasalahan penelitian, dan hasil penelitian dari populasi tersebut ingin disimpulkan.
b)   Populasi survei (populasi sampel) merupakan populasi yang terliput dalam suatu penelitian yang dilakukan.
Sehingga populasi target memiliki cakupan yang lebih luas dari pada populasi sampel atau dengan kata lain populasi sampel adalah bagian dari populasi target. Lebih jelasnya jika penelitian ditujukan pada siswa kelas VIII SMP X Yogyakarta, maka yang dimaksud populasi target adalah siswa se-SMP X Yogyakarta, sedangkan yang dimaksud populasi sampel adalah siswa Kelas VIII SMP X Yogyakarta.
             Jika dengan deskripsi gambar dapat dilihat sebagai berikut:

B.     Sampel
Ketika populasi suatu penelitian telah ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan sampel. Terlebih dahulu kita mengetahui lebih dalam apa yang dimaksud sampel? Dan bagaimana mendapatkan sampel yang baik?
Menurut Sugiarto, et al (2003: 2) menyatakan “sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya. Banyaknya anggota suatu sampel disebut ukuran sampel”. Sehingga sampel adalah unsur-unsur yang diambil dari populasi. Adapun mengapa sampel digunakan adalah memiliki tujuan sebagai berikut:
1.       Seringkali tidak mungkin meneliti/mengamati seluruh anggota populasi
2.       Pengamatan secara menyeluruh terhadap populasi dapat bersifat merusak, seperti jika ingin mengetahui rasa manga maka tidak mungkin mencicipi semuanya
3.       Menghemat waktu, biaya, dan tenaga
4.       Komprehensif (memberikan informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh)
Selanjutnya adalah bagaimana cara menghasilkan sampel yang baik? Telah disinggung di atas secara umum bahwa tujuan dari dilakukannya pengambilan sampel adalah untuk memperoleh data yang representative dalam kaitannya dengan populasi yang menjadi sasaran penelitian. Dalam hal ini agar informasi yang diperoleh bisa memenuhi tujuan tersebut dibutuhkan ketepatan dari data yang dikumpulkan. Demikian untuk mewujudkan agar data yang diambil berguna maka data tersebut haruslah objektif (sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya), representatif (mewakili keadaan yang sebenarnya), variasinya kecil, tepat waktu, dan relevan.
Berbicara tentang sampel, tidak dapat dipungkiri kita perlu mengetahui cara menentukan sampel yang memenuhi syarat, teknik penentuan sampel yang ideal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
ü  Dapat memberikan gambaran yang akurat tentang populasi
ü  Dapat menentukan presisi (standard error = nilai rata-rata populasi – nilai rata-rata sampel)
ü  Sederhana sehingga mudah untuk dilaksanakan (penelitian)
ü  Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya yang jauh lebih murah
Dengan demikian, berapa besar sampel yang representatif? Maka besar sampel perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
ü  Derajat keseragaman (degree of homogeneity) dari populasi atau yang disebut completely heterogeneous
ü  Presisi yang dikehendaki dari penelitian
ü  Rencana analisis
ü  Tenaga, biaya, dan waktu
ü  Besar populasi
Sehingga semakin besar sampel maka akan menghasilkan semakin tinggi pula tingkat presisi yang didapatkan.
  
   Ø  Teknik Penarikan Sampel
             Secara garis besar, metode penarikan sampel dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu teknik penarikan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak (random/probability sampling) dan teknik penarikan sampel dari populasi yang dilakukan secara tidak acak (non random/nonprobability sampling). Berikut disuguhkan dalam bentuk diagram untuk pemilahannya dengan tujuan lebih jelas dipahami:

Dari diagram di atas, akan dijelaskan satu-persatu berikut:
a)       Teknik Probability Sampling
Teknik ini adalah teknik penarikan sampel dimana setiap unsur/elemen sampel diberi kesempatan yang sama dan persis sama untuk diikutkan/dipilih dalam sampel. Adapun syarat dalam penarikan sampel probabilitas adalah tersedianya daftar anggota populasi atau daftar unsur/elemen populasi (kerangka sampel/sampling frame). Teknik sampel probabilitas ini memiliki berbagai macam sebagai berikut:
1.       Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Penarikan sampel ini secara random/ acak sederhana. Menurut Sugiarto, et al (2003:46) menyatakan bahwa metode pengambilan sampel acak sederhana adalah metode yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi dengan cara sedemikian rupa sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama besar untuk diambil sebagai sampel. Cara untuk menentukannya adalah sebagai berikut:
ü  Dengan mengundi elemen/anggota dari suatu populasi yang telah ditentukan, dan
ü  Dengan menggunakan table angka random
Teknik sampel acak sederhana ini memiliki syarat sebagai berikut:
§  Tersedia kerangka sampel
§  Populasi yang bersifat homogen
§  Populasinya tidak terlalu tersebar secara geografis (posisi/letak yang berjauhan)
Teknik ini memiliki kelebihan dan kelemahan yang patut untuk dipertimbangkan dalam menentukan sampel. kelebihan utama dari teknik penarikan sampel secara acak sederhana ini adalah bahwa mean (rata-rata) sampel yang diperoleh akan menjadi penduga tidak terbias dari mean populasinya. Dengan demikian, metode analisis dan hipotesis populasinya relatif akan lebih mudah dan tidak terlalu menimbulkan permasalahan/kesulitan. Adapun kelemahan dari teknik ini adalah bilamana dihadapkan pada populasi yang bersifat menyebar secara geografis (letak), maka teknik ini akan bersifat merugikan, dalam arti memerlukan biaya yang besar dan waktu yang lama. Teknik ini pun memiliki kelemahan lain kerangka sampel (sampling frame) dari seluruh elemen/individu dalam populasi harus dibuat, dan seringkali data tidak tersedia secara lengkap untuk menyusun kerangka sampel tersebut.

2.       Systematic Random Sampling
Dari namanya telah menggambarkan sedikit tentang teknik penarikan sampel ini yaitu penarikan sampel secara sistematik. Sesuai dengan penjelasan Sugiarto, et al (2003:62) menyatakan tentang teknik penarikan sampel secara acak sistematis adalah metode untuk mengambil sampel secara sistematis dengan interval (jarak) tertentu dari suatu kerangka sampel yang telah diurutkan. Dengan demikian tersedianya suatu populasi sasaran yang tersusun (ordered population target) merupakan prasyarat penting bagi dimungkinkannya pelaksanaan pengambilan sampel dengan metode acak sistematis. Adapun cara melakukannya berikut:
ü  Melakukan cek keadaan daftar populasi (kerangka populasi)
ü  Menentukan jarak/interval: 
 ü  Menetapkan nomer berapa peneliti akan mulai menghitung (penetapan nomer pertama ini dilakukan secara acak/random), yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5
ü  Anggota sampel berikutnya ditentukan dengan menambahkan interval pada nomer pertama dan seterusnya.
Penarikan sampel dengan teknik penarikan acak sistematis dapat dilaksanakan untuk populasi dengan ukuran yang terbatas ataupun yang tidak terbatas. Teknik ini memiliki perbandingan dari teknik sebelumnya di atas antara lain: lebih mudah dilakukan dan dapat mengurangi subjektivitas dari si pengamat, sampel yang terpilih seringkali tersebar secara merata dalam keseluruhan populasi sehingga lebih banyak memberikan informasi, proses pemilihan sampel dapat lebih cepat dilakukan dan juga menghemat biaya, dan lebih leluasa digunakan pada populasi yang tidak diketahui ukuran besarnya. Sehingga teknik ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat dipertimbangkan dalam memilih teknik penarikan sampel. Kelebihan dari teknik ini adalah teknik ini bersifat lebih cepat, mudah dan murah ketimbang teknik-teknik lainnya, teknik ini memungkinkan untuk menarik sampel di lapangan tanpa harus menggunakan kerangka sampel, sampel ini sering digunakan ketika data bersifat terurut. Teknik ini pula memiliki 2 kelemahan berikut: jika urutannya tidak sepenuhnya acak, maka variasi dari populasi tidak dapat diduga secara tepat, dan jika populasi memiliki pengulangan karakteristik yag relatif tetap maka sampel akan menjadi seragam.

3.       Stratified Random Sampling
Sesuai dengan definisi dari Sugiarto, et al (2003:73) menyatakan metode pengambilan acak terstratifikasi (stratified random sampling) adalah metode pemilihan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen yang disebut strata, dan kemudian sampel diambil secara acak dari tiap strata tersebut. Permasalahan ini dapat kita temukan ketika anggota-anggota populasi tidak homogen, tetapi bisa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok yang relatif homogen, maka proses pengambilan sampel dengan metode acak sederhana akan menimbulkan bias, karena keheterogenan yang ada pada anggota populasi akan berpengaruh terhadap informasi yang diperoleh dari variable yang diobservasi. Demikian cara untuk memperoleh standar deviasi tetap kecil maka menggunakan teknik strata ini dalam permasalahan di atas.
Langkah-langkah penarikan sampel stratifikasi sebagai berikut:
ü  Menetapkan kriteria yang jelas yang akan digunakan sebagai dasar penetuan strata (lapisan)
ü  Dengan dasar kriteria tersebut populasi dibagi ke dalam sub-sub populasi (setiap sub populasi diasumsikan homogen)
ü  Penentuan besar sampel pada masing-masing sub populasi bisa proporsional bisa pula tidak
ü  Penentuan unsur bisa dengan cara simple random/systematic
Pada teknik ini memiliki syarat dalam hal penarikannya antara lain:
§  Kriteria yang jelas untuk menstratifikasi
§  Ada data pendahuluan mengenai kriteria
§  Diketahui jumlah tiap lapisan
Teknik penarikan sampel acak terstratifikasi ini memiliki kelebihan dengan alasan berikut:
ü   Efisien, dalam artian memberikan hasil lebih baik ketimbang teknik penarikan acak sederhana jika variasi populasi dalam kelompok-kelompok lebih kecil
ü  Sampel yang terambil akan memberikan informasi yang lebih baik (karena perbedaan antar kelompok/menyusun kelompok-kelompok yang homogen)
ü     Secara administrative, pelaksanaannya lebih mudah ketimbang teknik sampel acak sederhana
Meskipun demikian, teknik ini pun memiliki kelemahan yang layak untuk dipertimbangkan dalam menggunakannya, antara lain berikut:
ü  Sering tidak ada informasi awal yang tepat sebagai dasar pengelompokkan, yang mana mengakibatkan strata yang dibuat tidak sesuai dengan tujuan
ü  Harus membuat kerangka sampel yang terpisah dan berbeda untuk tiap-tiap kelompok

4.       Cluster Sampling
Definisi dari cluster sampling (penarikan sampel berkelompok) menurut Sugiarto, et al (2003:90) adalah metode yang digunakan untuk memilih sampel yang berupa kelompok dari beberapa kelompok (groups atau cluster) dimana setiap kelompok terdiri atas beberapa unit yang lebih kecil (elements). Jumlah elemen dari masing-masing kelompok bisa sama maupun berbeda. Kelompok-kelompok tersebut dapat dipilih baik dengan menggunakan teknik acak sederhana maupun acak sistematis dengan pengacakan pada kelompok pertama saja.
Teknik ini digunakan karena memiliki/mengalami 2 permasalahan, yaitu: peneliti kekurangan kerangka sampel yang baik (suatu populasi yang menyebar), dan biaya yang tinggi untuk menyusun kerangka sampel dan menjangkau setiap elemen sampel. Demikian teknik ini menjadi solusi bagi permasalahan di atas yang memiliki kecil kemungkinan dilakukan dengan teknik-teknik di atas. Teknik cluster sampling ini memiliki cara dalam penarikannya sebagai berikut:
ü  Populasi dibagi ke dalam mini populasi. Mini populasi memiliki karakteristik yang sama dengan populasi
ü  Pengelompokkan mini populasi ini bisa berdasarkan pada pengelompokkan secara administrative
ü  Setelah itu menentukan cluster secara random (bisa dilakukan secara bertingkat, missal: dari desa menjadi dukuh-dukuh atau dusun-dusun dan lain sebagainya)
ü  Cluster yang terpilih adalah unit yang berisi elemen sampel final
Teknik ini memiliki 2 kelebihan yaitu: pertama, tidak perlunya disusun kerangka sampling dari seluruh populasi yang ingin diteliti. Kedua, teknik ini tetap menjadi lebih murah karena sampel yang terambil pada akhirnya secara fisik akan terletak pada jarak/lokasi yang relatif berdekatan.
Namun teknik ini pun memiliki kelemahan yang pantas untuk dipertimbangkan yaitu adanya kecenderungan kesamaan kondisi diantara 2 sampel yang berdekatan, sehingga hanya ketika populasi tersebar secara berdekatan dapat menggunakan teknik ini. Tetapi yang perlu digarisbawahi bahwa teknik ini dapat diperhitungkan ketika data/informasi tidak dimiliki secara lengkap untuk membuat suatu kerangka sampel.

5.       Multistage Sampling
Dari segi nama, multistage yang berarti penarikan sampel secara bertahap. Hamper sama dengan cluster, dengan tahap lebih dari sekali. Misal: provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan/desa, dan seterusnya. Sesuai dengan pernyataan Sugiarto, et al (2003:98) menyatakan bahwa metode pengambilan sampel bertahap adalah metode yang dilakukan jika pengambilan sampelnya dilaksanakan dalam 2 tahap atau lebih sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengambilan sampel bertahap ini pada tiap tahap pengambilan sampelnya dapat menggunakan metode pengambilan sampel yang ataupun berbeda. Bahkan kombinasi antara probability sampling dan nonprobability sampling juga dimungkinkan.
Teknik penarikan sampel secara bertahap ini setidaknya memiliki 3 kelebihan, yaitu: teknik ini lebih efisien dan fleksibel dari pada metode acak sederhana, sampelnya hanya diperlukan bagi individu-individu yang ada dalam kelompok yang terpilih, dan biaya transportasi di lapangan akan banyak dihemat (khususnya bila kelompok-kelompok yang ada pada tahap pertama letaknya saling berjauhan). Selain itu, teknik ini memiliki kelemahan yaitu pada penerapan teorinya yang cukup rumit pada saat dilakukan analisis, sehingga bagi yang bukan ahli statistika pada umumnya akan menghadapi kesulitan untuk memahami analisisnya dan memahami prosedur pendugaannya.

6.       Area Sampling
Teknik ini digunakan karena populasi tidak dapat kerangka sampling. Kemudian dibutuhkan suatu foto udara yang jelas dan rinci dari wilayah yang akan diteliti, sehingga dapat diketahui blok-blok yang ada seperti perumahan, pertokoan, dsb. Teknik penarikan sampel sama seperti penarikan sampel secara bertahap.

             b)       Teknik Nonprobability Sampling
Nonprobability sampling dikembangkan untuk menjawab kesulitan yang ditimbulkan dalam menerapkan metode acak, terutama dalam kaitannya dengan pengurangan biaya dan permasalahan yang mungkin timbul dalam pembuatan kerangka sampel. Hal ini dapat dimungkinkan karena kerangka sampel tidak diperlukan dalam pengambilan sampel secara nonprobability. Hasil dari nonprobability sampling ini seringkali mengandung bias dan ketidaktentuan yang bisa berakibat lebih buruk. Meskipun disadari adanya kemungkinan bias dalam pemilihan sampel dengan cara ini, kenyataan menunjukkan bahwa nonprobability sampling seringkali menjadi alternative pilihan dengan pertimbangan yang terkait dengan penghematan biaya, waktu, dan tenaga serta keterandalan subjektivitas peneliti. Disamping itu, pertimbangan lainnya adalah walaupun probability sampling mungkin saja lebih unggul dalam teori, tetapi dalam pelaksanaannya seringkali dijumpai adanya beberapa kesalahan akibat kecerobohan dari si pelaksananya.
Pengambilan sampel dengan memperhatikan factor-faktor tersebut menyebabkan tidak semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih secara acak sebagai sampel. Demikian teknik nonprobability sampling ini memiliki berbagai macam cara penarikannya sebagai berikut:
1.       Snowball Sampling
Teknik sampling ini sangat tepat digunakan bila populasinya sangat spesifik. Cara pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan secara berantai, mulai dari ukuran sampel yang kecil, makin lama menjadi semakin besar seperti halnya bola salju. Cara ini dilakukan bila tidak mungkin diperoleh daftar yang lengkap dari populasi penelitian, sehingga tidak terdapat kesempatan yang sama pada anggota populasi. Karena itu, peneliti tidak dapat membuat generalisasi atau kesimpulan yang dapat mewakili populasi, hasil analisis hanya berlaku untuk anggota populasi yang diteliti. Dengan penarikan sampel secara nonprobaility ini, peneliti tidak dihadapkan pada cara-cara yang rumit. Langkah-langkah penarikan sampel dengan teknik ini dimulai dengan jumlah yang sedikit akhirnya menjadi banyak, dengan beberapa tahap (hingga menemukan data/informasi yang jenuh). Pertama, menentukan satu atau beberapa orang untuk diwawancarai, selanjutnya orang-orang tersebut akan berperan sebagai titik awal penarikan sampel selanjutnya
Berbicara teknik snowball sampling ini, maka ada kelebihan yang harus diketahui, yaitu: melihat dari terfokusnya sampel, hasil penelitian dengan snowball sampling ini dapat diperkirakan tidak akan banyak menyimpang dari apa yang sebenarnya terjadi pada populasi. Dengan kata lain, bias yang dihasilkan dari hasil penelitian relatif kecil.. namun teknik ini pun memiliki kekurangan yang perlu diketahui sebagai bahan pertimbangan berikut: kendala utama pada teknik ini terletak pada besarnya waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh informasi karena populasi yang spesifik serta tersebarnya populasi. Sehingga wawancara via telepon pun mungkin dapat menjadi salah satu jalan keluar terbaik bagi pengumpulan informasi selain pengiriman angket melalui pos. kemudian kelemahan lainnya adalah sampel yang pada tahap berikutnya adalah orang-orang terdekat (peer group), karena itu orang pertama dipilih lebih dari satu.
2.       Quota Sampling
Apabila kita amati, bahwa teknik ini mirip dengan stratified sampling, stratified sampling, yaitu denganmembagi populasi ke dalam sub-sub populasi sesuai dengan fokus penelitian. Dan penarikan sampel jatah dilakukan bila peneliti tidak dapat mengetahui jumlah yang rinci dari setiap strata.
Teknik sampling ini biasanya digunakan data dari populasi yang berkaitan dengan demografi (kependudukan) seperti: lokasi geografis, usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dsb. Pada dasarnya, quota sampling ini sama dengan judgment  sampling, sehingga quota sampling ini dapat dikatakan sebagai judgment sampling “dua tahap”. Dengan tahap pertama adalah tahapan dimana peneliti merumuskan kategori control atau quota dari populasi yang akan ditelitinya seperti: jenis kelamin, usia, ras yang terdefinisikan dengan baik sebagai basis dari keputusan pemilihan sampel. Kemudian tahap kedua adalah penentuan bagaimana sampel akan diambil.
 3.       Sequential Sampling
Penarikan sampel ini dimulai dengan pengambilan sampel dalam jumlah kecil yang kemudian untuk dianalisis. Jika hasilnya masih diragukan, maka sampel akan diambil dengan ukuran yang lebih besar dan seterusnya.
 4.       Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya purposive sampling yaitu penarikan sampel yang dilakukan untuk suatu tujuan tertentu (disengaja). Teknik ini membutuhkan kemampuan dan pengetahuan yang baik dari peneliti terhadap populasi penelitian. Untuk menentukan siapa yang menjadi anggota sampel, maka peneliti harus benar-benar mengetahui dan beranggapan bahwa orang yang dipilihnya dapat memberikan informasi yang diinginkan sesuai dengan permasalahan penelitian.
Sebenarnya ada satu teknik lagi yang termasuk dalam teknik penarikan nonprobability sampling yaitu teknik accidental/haphazard sampling atau yang dapat disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan. Penarikan sampel ini dilakukan dengan cara memilih orang yang kebetulan ditemui.
Dari berbagai teknik di atas, bermaksud untuk mempermudahkan kita dalam menentukan teknik penarikan sampel seperti apa yang paling tepat untuk jenis penelitian yang dilakukan.
Wallaahu a’lam bish shoab

REFERENSI:

Riduwan. 2012. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Sugiarto, et al. 2003. Teknik Sampling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

0 komentar:

Posting Komentar