ali.maskur388@gmail.com

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 18 Januari 2016

REFLEKSI KE-7

MEMAHAMI DIMENSI HIDUP DARI SEGI FILSAFAT

Bismillahirrahmanirahiim
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokaatuhu

Pertemuan ke-7 ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 27 oktober 2015, pukul 11.10 WIB s.d 12.50 WIB di ruang 305B gedung lama Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Prodi S2 Pendidikan Matematika kelas A untuk mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen pengampu Bpk. Prof. Marsigit, MA. Pada pertemuan kali ini, sistem perkuliahan terbagi menjadi 2 bentuk. Perkuliahan ini diawali dengan tes jawab singkat yang terdiri dari 50 pertanyaan. Selanjutnya perkuliahan ini diadakan tanya jawab terkait ruang dan waktu dalam filsafat.
Tanya jawab pada kesempatan ini diawali dengan arahan dari Prof. Marsigit, beliau mengingatkan untuk kita sama-sama meningkatkan bacaan, dan dari bacaan itulah yang akan meningkatkan taraf berpikir kita, karena sesungguhnya antara pikiran mahasiswa dengan beliau adalah saling isomorfis, dan setiap pikiran pasti saling berisomorfis dengan lingkungannya atau bahkan dunianya. Sehingga setiap manusia hanya mampu mengatakan apa yang ia pikirkan dalam keadaan sadar, lain halnya dengan orang dalam kondisi mabuk karena orang mabuk tidak akan mengerti apa-apa terkait yang dikatakannya. Demikian, dapat kita simpulkan bahwa pendidikan, ilmu, pengetahuan seseorang dapat terlihat dari bagaimana cara ia berbicara, bagaimana cara ia memandang, dan berpendapat.
Selanjutnya, perkuliahan tanya jawab ini diawali dengan pertanyaan dari saudari Azmi: “berkaitan dengan tes yang tadi, untuk beberapa tes ini nilai saya dapat dikatakan memprihatinkan. Berpikir saja saya salah apalagi tidak berpikir, lalu yang salah ini pikiran saya atau apanya pak?”.
Dari pertanyaan di atas, Prof. Marsigit menjelaskan, bahwa suatu nilai yang jelek atau salah adalah benar, dan disebut sebagai validisme. Mengapa demikian? Karena kalian adalah pemula dalam membaca dan mempelajari artikel-artikel terkait filsafat yang telah dibuat. Dengan demikian, adalah suatu kebenaran ketika kalian belum mampu menjawabnya, hal ini yang harus disadari dalam diri kita, bahwa satu-satunya cara adalah dengan meningkatkan bacaan kita. Semakin luas bacaan kita maka akan semakin luas pula cara kita berpikir, memandang, dan berpendapat.
Yang perlu diingat adalah suatu tes tidak hanya berfungsi untuk menentukan prestasi, melainkan supaya manusia tetap rendah hati terkait apapun yang telah ia raih, baik dari segi ilmu dan lain sebagainya. Ini juga menjadi bahan refleksi pada diri kita akan luasnya pengetahuan itu sendiri, “setinggi-tinggi langit masih ada langit di atasnya” dapat diartikan setinggi-tinggi pengetahuan dan keterampilan kita maka masih ada yang lebih tinggi lagi. Inilah yang memposisikan diri kita selaku manusia tidak ada alasan untuk berprilaku sombong, terlebih dalam menuntut ilmu, sebab dalam filsafat, kesombongan dalam arti normative disebut mitos. Mitos itu sendiri artinya ketidakjelasan, maka dalam belajar filsafat selalu dibatasi dengan berpikir secara spiritual. Demikian bahwa spiritual adalah batasan berpikir manusia, dimana ketika manusia tidak sanggup berpikir lagi secara benar, maka ranah spiritual lah yang mengambil alaih tugas tersebut, supaya manusia tidak terjerumus dari pikiran-pikiran yang melenceng jauh dari kebenaran, yaitu dengan berdo’a. dan sebenar-benar do’a adalah ketika kita dalam berdoa tidak menyadarinya atau dalam keadaan tidak paham karena kekhusyu’an.
Demikian pentingnya budaya “membaca”, dengan membaca kita mampu mengadakan pada diri kita yang mungkin ada. Mengolah pengetahuan sebagai upaya untuk membangun diri sendiri kea rah yang lebih baik. Sehingga filsafat dapat diartikan adalah diri sendiri. Filsafat tidak mengenal istilah menuangkan, mentransfer, mengajarkan, karena filsafat adalah membangun diri sendiri dengan kemampuan, tekad, kesadaran dari dirinya sendiri.
Pertanyaan selanjutnya dari saudari Evvy yang menanyakan: “Bagaimana pendapat filsafat mengenai pemimpin yang sesuai dengan ruang dan waktu?”.
Prof. Marsigit pun lantas menjelaskan terkait pertanyaan di atas, suatu kepemimpinan adalah menyangkut pemimpin dan yang dipimpin. Sehingga dalam kepemimpinan itu pun memiliki tingkatan dimensi. Demikian bahwa pemimpin memiliki dimensi yang lebih tinggi dan dapat dikatakan sebagai dewa terhadap yang dipimpinnya. Dengannya pemimpin adalah ia yang harus mempunyai dimensi lebih tinggi, artinya seorang pemimpin adalah mereka yang memiliki jiwa kepemimpinan yang lebih baik, berwawasan luas, emosional yang baik, dan bukan semena-mena orang dapat menjadi pemimpin jika tidak memenuhi kriteria tersebut, dan pastinya memiliki pengalaman yang lebih luas dan tinggi. Oleh karena itu, formalnya dari suatu tekad untuk menjadi pemimpin generasi bangsa selanjutnya adalah dengan melanjutkan pendidikannya ke yang lebih tinggi, baik yang S1 melanjutkan S2, yang S2 melanjutkan pendidikan ke jenjang S3, dan seterusnya untuk mengembangkan kemampuan diri. Inilah upaya untuk meningkatkan dimensi seseorang itu sendiri melalui pengetahuan dan pengalaman dari belajar.
Demikian bahwa hidup ini dapat digambarkan suatu bentuk yang siklik. Yang mana berawal dari bayi dalam keadaan polosnya, kekanak-kanakan, dan butuh momongan, selalu berkembang dan belajar dari lingkungan sekitarnya. Kemudian di masa tua yang kembali seperti kanak-kanak, seiring bertambahnya umur dan bertambah tua, demikian pula baik dalam bentuk fisik dan kognitif pun juga menurun, seperti merunduknya tubuh, dan lama-kelamaan pun hanya bisa merangkak bahkan berbaring. Inilah yang menandakan bahwa hidup ini berlakunya hukum karma, timbal balik, berbakti kepada orang tua sebagaimana orang tua kita mengasuh dengan sangat baik kita waktu kecil. Demikian pula ketika kita menjadi pemimpin, bukanlah urusan yang gampang, sehingga janganlah diri kita ini bertindak yang semena-mena dengan melakukan determinasi. Karena setiap individu yang dipimpin adalah dunia, setiap orang memiliki dunianya masing-masing, tidaklah bersikap adil nan bijaksana ketika kita memilih suatu sifat ataupun sikap yang mana itu baik untuk diri kita. Namun, permasalahannya apakah itu baik pula untuk orang lain sehingga dapat mengabaikan bahkan menghancurkan dunia-dunia orang yang kita pimpin karena sifat dan sikap determinis kita.
Selanjutnya, perkuliahan ini diisi dengan pertanyaan yang diutarakan oleh saudari Tri Rahma: “Bagaimana cara untuk dapat menembus/mengarungi dunia ini secara ikhlas?
Prof. Marsigit pun menjelaskan perihal pertanyaan tersebut kurang lebihnya sebagai berikut. Dalam kehidupan dunia ini, memiliki berbagai dimensi hidup. Dan ketika kita membicarakan dari sudut pandang filsafat terkait keikhlasan, maka seseorang yang ikhlas dalam mengarungi kehidupan ini adalah mereka yang dapat menembus ruang dan waktu secara ikhlas, sehingga bagaimana mereka dapat menembus ruang dan waktunya secara ikhlas? Yaitu mereka yang menjalani kehidupan ini sesuai dengan prosedurnya, aturan-aturan, sunnatullah. Sehingga beliau memposisikan keikhlasan itu berada satu tingkat di bawah spiritual. Sebagai contoh benda mati yang ada di sekitar kita seperti batu pun dapat menembus ruang dan waktu dengan ikhlas, karena tidak pernah melakukan protes terhadap diriya sendiri. Sehingga keikhlasan dalam diri adalah kunci seseorang dapat menembus ruang dan waktu. Demikian dapat dikatakan bahwa sebenar-benar hidup adalah ikhlas itu sendiri dengan menjalankan apa-apa yang Allah SWT perintahkan kepada seluruh manusia dengan sesuai kodratnya. Begitupun dalam belajar, terlebih filsafat itu sendiri dengan keikhlasan baik dalam kemandirian dalam belajar, kemerdekaan dan sadar akan diri kita untuk terus berkembang.
Masih dengan sesi Tanya jawab, pertanyaan selanjutnya diajukan oleh saudari Fitriani yang menanyakan: “Apa sebenarnya perbedaan antara para dewa dengan powernow?
Seperti pertanyaan sebelumnya, Prof Marsigit menjelaskan terkait apa yang dipertanyaan oleh saudari Fitriani. Beliau pun mengawali penjelasannya dengan analogi bahwa ayam adalah dewanya cacing, dan cacing pun dewanya tanah oleh sebab cacing memakan tanah. Sebagaimana halnya diri kita adalah dewa bagi adik kita (jika memiliki adik), dosen adalah dewa bagi mahasiswanya, dan menteri pun adalah dewanya dosen. Ini pun yang menjelaskan hidup ini memiliki tingkatan dimensi, dan setiap manusia memiliki hak dan peluang untuk meningkatkan kualitas diri yang secara tidak langsung pun menjadikan kedudukannya sebagai dewa bagi objeknya, yang mengindikasikan kedudukannya sebagai subjek.
Ketika kita membicarakan Negara-negara yang ada di dunia ini, maka Amerika, Cina, dan Rusia adalah Negara dewa yaitu mereka yang memiliki kekuatan yang lebih. Dan Indonesia pun adalah Negara daksa jika dibandingkan dari segi kekuatan dan sebagainya dengan ketiga Negara tersebut. Jika dewa ini diturunkan pada kajian sosial politik maka dapat disebut istilah powernow. Istilah ini dibuat oleh mereka sendiri dengan struktur dari yang terkecil yaitu arkaek, tribal, tradisional, fiodal, modern, post modern, postmo (kontemporer). Sehingga dalam jaman sekarag ini (jaman kontemporer) yang bertindak sebagai dewa adalah sang powernow, yaitu mereka yang memiliki kekuasaan, kekuatan sebagaimana Negara Amerika Serikat dengan Barack Obama sebagai dewanya. Hal ini saling berkaitan dengan pertanyaan setelahnya dari saudari Nur Afni yaitu: “Apa bedanya powernow dengan superpower?
Superpower adalah yang memiliki kekuatan besar dan wajahnya yang banyak. Yang mana ini merupakan bentuk manipulasi terhadap ruang dan waktu. Sehingga ketika kita bergaul oleh superpower seperti halnya Negara Amerika yang menerapkan standar ganda, yaitu apa yang mereka lakukan dan upayakan kepada Negara-negara kecil adalah semata-mata demi meraih keuntungan yang mereka inginkan secara tersembunyi, satu sisi mengulurkan tangan untuk membantu dan sisi lain mengambil keuntungan yang tersembunyi (secara halus).
Wallaahu a’lam bish shoab



Minggu, 03 Januari 2016

TEKNIK SAMPLING

Mata Kuliah               : Metodologi Penelitian Pendidikan (PMAT)
Dosen Pengampu    : Dr. Heri Retnawati

Pada dasarnya ketika kita ingin menentukan suatu sampel dalam penelitian, maka terlebih dahulu untuk menentukan populasi dari suatu penelitian tersebut. Demikian kedua hal tersebut baik itu populasi dan sampel tidak bisa dipisahkan karena saling berkaitan, bahkan sampel adalah bagian dari irisan dari populasi. Untuk membuat kita semakin memahami tentang populasi dan sampel, berikut akan dijelaskan dalam tulisan ini.
A.     Populasi
Dalam penelitian pada umumnya, baik itu kualitatif maupun kuantitatif adalah sama-sama menggunakan populasi dan sampel, dalam menarik suatu sampel maka terlebih dahulu menentukan populasi. Yang perlu kita ketahui definisi dari populasi itu sendiri, populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian, dan elemen populasi ini biasanya merupakan satuan analisis. Dan dapat dikatakan bahwa populasi itu sendiri juga diartikan sebagai himpunan semua hal yang ingin diketahui, atau dalam penelitian dapat pula diartikan sebagai keseluruhan unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga, unit analisis itu sendiri adalah unit/satuan yang akan diteliti atau dianalisis. Demikian sesuai dengan pernyataan Sugiarto, et al (2003: 2) yang menjelaskan populasi berarti keseluruhan unit/individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti”.  Ada hal yang perlu kita ketahui dalam menentukan populasi itu sendiri, yaitu ada 4 faktor penting untuk menentukan suatu populasi dalam penelitian, sebagai berikut: isi, satuan, cakupan (scope), dan waktu. Contoh saja dalam suatu penelitian tentang prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri X Yogyakarta Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016. Dari yang berikut dapat kita tengarai isi, satuan, cakupan, dan waktunya. Isinya adalah seluruh siswa SMP, satuannya adalah siswa kelas VIII, cakupannya adalah SMP Negeri X Yogyakarta, dan waktunya semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016.
Populasi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: populasi target dan populasi survei. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan berikut di bawah ini:
a)       Populasi target merupakan populasi yang telah ditentukan sesuai dengan permasalahan penelitian, dan hasil penelitian dari populasi tersebut ingin disimpulkan.
b)   Populasi survei (populasi sampel) merupakan populasi yang terliput dalam suatu penelitian yang dilakukan.
Sehingga populasi target memiliki cakupan yang lebih luas dari pada populasi sampel atau dengan kata lain populasi sampel adalah bagian dari populasi target. Lebih jelasnya jika penelitian ditujukan pada siswa kelas VIII SMP X Yogyakarta, maka yang dimaksud populasi target adalah siswa se-SMP X Yogyakarta, sedangkan yang dimaksud populasi sampel adalah siswa Kelas VIII SMP X Yogyakarta.
             Jika dengan deskripsi gambar dapat dilihat sebagai berikut:

B.     Sampel
Ketika populasi suatu penelitian telah ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan sampel. Terlebih dahulu kita mengetahui lebih dalam apa yang dimaksud sampel? Dan bagaimana mendapatkan sampel yang baik?
Menurut Sugiarto, et al (2003: 2) menyatakan “sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya. Banyaknya anggota suatu sampel disebut ukuran sampel”. Sehingga sampel adalah unsur-unsur yang diambil dari populasi. Adapun mengapa sampel digunakan adalah memiliki tujuan sebagai berikut:
1.       Seringkali tidak mungkin meneliti/mengamati seluruh anggota populasi
2.       Pengamatan secara menyeluruh terhadap populasi dapat bersifat merusak, seperti jika ingin mengetahui rasa manga maka tidak mungkin mencicipi semuanya
3.       Menghemat waktu, biaya, dan tenaga
4.       Komprehensif (memberikan informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh)
Selanjutnya adalah bagaimana cara menghasilkan sampel yang baik? Telah disinggung di atas secara umum bahwa tujuan dari dilakukannya pengambilan sampel adalah untuk memperoleh data yang representative dalam kaitannya dengan populasi yang menjadi sasaran penelitian. Dalam hal ini agar informasi yang diperoleh bisa memenuhi tujuan tersebut dibutuhkan ketepatan dari data yang dikumpulkan. Demikian untuk mewujudkan agar data yang diambil berguna maka data tersebut haruslah objektif (sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya), representatif (mewakili keadaan yang sebenarnya), variasinya kecil, tepat waktu, dan relevan.
Berbicara tentang sampel, tidak dapat dipungkiri kita perlu mengetahui cara menentukan sampel yang memenuhi syarat, teknik penentuan sampel yang ideal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
ΓΌ  Dapat memberikan gambaran yang akurat tentang populasi
ΓΌ  Dapat menentukan presisi (standard error = nilai rata-rata populasi – nilai rata-rata sampel)
ΓΌ  Sederhana sehingga mudah untuk dilaksanakan (penelitian)
ΓΌ  Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya yang jauh lebih murah
Dengan demikian, berapa besar sampel yang representatif? Maka besar sampel perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
ΓΌ  Derajat keseragaman (degree of homogeneity) dari populasi atau yang disebut completely heterogeneous
ΓΌ  Presisi yang dikehendaki dari penelitian
ΓΌ  Rencana analisis
ΓΌ  Tenaga, biaya, dan waktu
ΓΌ  Besar populasi
Sehingga semakin besar sampel maka akan menghasilkan semakin tinggi pula tingkat presisi yang didapatkan.
  
   Γ˜  Teknik Penarikan Sampel
             Secara garis besar, metode penarikan sampel dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu teknik penarikan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak (random/probability sampling) dan teknik penarikan sampel dari populasi yang dilakukan secara tidak acak (non random/nonprobability sampling). Berikut disuguhkan dalam bentuk diagram untuk pemilahannya dengan tujuan lebih jelas dipahami:

Dari diagram di atas, akan dijelaskan satu-persatu berikut:
a)       Teknik Probability Sampling
Teknik ini adalah teknik penarikan sampel dimana setiap unsur/elemen sampel diberi kesempatan yang sama dan persis sama untuk diikutkan/dipilih dalam sampel. Adapun syarat dalam penarikan sampel probabilitas adalah tersedianya daftar anggota populasi atau daftar unsur/elemen populasi (kerangka sampel/sampling frame). Teknik sampel probabilitas ini memiliki berbagai macam sebagai berikut:
1.       Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Penarikan sampel ini secara random/ acak sederhana. Menurut Sugiarto, et al (2003:46) menyatakan bahwa metode pengambilan sampel acak sederhana adalah metode yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi dengan cara sedemikian rupa sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama besar untuk diambil sebagai sampel. Cara untuk menentukannya adalah sebagai berikut:
ΓΌ  Dengan mengundi elemen/anggota dari suatu populasi yang telah ditentukan, dan
ΓΌ  Dengan menggunakan table angka random
Teknik sampel acak sederhana ini memiliki syarat sebagai berikut:
§  Tersedia kerangka sampel
§  Populasi yang bersifat homogen
§  Populasinya tidak terlalu tersebar secara geografis (posisi/letak yang berjauhan)
Teknik ini memiliki kelebihan dan kelemahan yang patut untuk dipertimbangkan dalam menentukan sampel. kelebihan utama dari teknik penarikan sampel secara acak sederhana ini adalah bahwa mean (rata-rata) sampel yang diperoleh akan menjadi penduga tidak terbias dari mean populasinya. Dengan demikian, metode analisis dan hipotesis populasinya relatif akan lebih mudah dan tidak terlalu menimbulkan permasalahan/kesulitan. Adapun kelemahan dari teknik ini adalah bilamana dihadapkan pada populasi yang bersifat menyebar secara geografis (letak), maka teknik ini akan bersifat merugikan, dalam arti memerlukan biaya yang besar dan waktu yang lama. Teknik ini pun memiliki kelemahan lain kerangka sampel (sampling frame) dari seluruh elemen/individu dalam populasi harus dibuat, dan seringkali data tidak tersedia secara lengkap untuk menyusun kerangka sampel tersebut.

2.       Systematic Random Sampling
Dari namanya telah menggambarkan sedikit tentang teknik penarikan sampel ini yaitu penarikan sampel secara sistematik. Sesuai dengan penjelasan Sugiarto, et al (2003:62) menyatakan tentang teknik penarikan sampel secara acak sistematis adalah metode untuk mengambil sampel secara sistematis dengan interval (jarak) tertentu dari suatu kerangka sampel yang telah diurutkan. Dengan demikian tersedianya suatu populasi sasaran yang tersusun (ordered population target) merupakan prasyarat penting bagi dimungkinkannya pelaksanaan pengambilan sampel dengan metode acak sistematis. Adapun cara melakukannya berikut:
ΓΌ  Melakukan cek keadaan daftar populasi (kerangka populasi)
ΓΌ  Menentukan jarak/interval: 
 ΓΌ  Menetapkan nomer berapa peneliti akan mulai menghitung (penetapan nomer pertama ini dilakukan secara acak/random), yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5
ΓΌ  Anggota sampel berikutnya ditentukan dengan menambahkan interval pada nomer pertama dan seterusnya.
Penarikan sampel dengan teknik penarikan acak sistematis dapat dilaksanakan untuk populasi dengan ukuran yang terbatas ataupun yang tidak terbatas. Teknik ini memiliki perbandingan dari teknik sebelumnya di atas antara lain: lebih mudah dilakukan dan dapat mengurangi subjektivitas dari si pengamat, sampel yang terpilih seringkali tersebar secara merata dalam keseluruhan populasi sehingga lebih banyak memberikan informasi, proses pemilihan sampel dapat lebih cepat dilakukan dan juga menghemat biaya, dan lebih leluasa digunakan pada populasi yang tidak diketahui ukuran besarnya. Sehingga teknik ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat dipertimbangkan dalam memilih teknik penarikan sampel. Kelebihan dari teknik ini adalah teknik ini bersifat lebih cepat, mudah dan murah ketimbang teknik-teknik lainnya, teknik ini memungkinkan untuk menarik sampel di lapangan tanpa harus menggunakan kerangka sampel, sampel ini sering digunakan ketika data bersifat terurut. Teknik ini pula memiliki 2 kelemahan berikut: jika urutannya tidak sepenuhnya acak, maka variasi dari populasi tidak dapat diduga secara tepat, dan jika populasi memiliki pengulangan karakteristik yag relatif tetap maka sampel akan menjadi seragam.

3.       Stratified Random Sampling
Sesuai dengan definisi dari Sugiarto, et al (2003:73) menyatakan metode pengambilan acak terstratifikasi (stratified random sampling) adalah metode pemilihan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen yang disebut strata, dan kemudian sampel diambil secara acak dari tiap strata tersebut. Permasalahan ini dapat kita temukan ketika anggota-anggota populasi tidak homogen, tetapi bisa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok yang relatif homogen, maka proses pengambilan sampel dengan metode acak sederhana akan menimbulkan bias, karena keheterogenan yang ada pada anggota populasi akan berpengaruh terhadap informasi yang diperoleh dari variable yang diobservasi. Demikian cara untuk memperoleh standar deviasi tetap kecil maka menggunakan teknik strata ini dalam permasalahan di atas.
Langkah-langkah penarikan sampel stratifikasi sebagai berikut:
ΓΌ  Menetapkan kriteria yang jelas yang akan digunakan sebagai dasar penetuan strata (lapisan)
ΓΌ  Dengan dasar kriteria tersebut populasi dibagi ke dalam sub-sub populasi (setiap sub populasi diasumsikan homogen)
ΓΌ  Penentuan besar sampel pada masing-masing sub populasi bisa proporsional bisa pula tidak
ΓΌ  Penentuan unsur bisa dengan cara simple random/systematic
Pada teknik ini memiliki syarat dalam hal penarikannya antara lain:
§  Kriteria yang jelas untuk menstratifikasi
§  Ada data pendahuluan mengenai kriteria
§  Diketahui jumlah tiap lapisan
Teknik penarikan sampel acak terstratifikasi ini memiliki kelebihan dengan alasan berikut:
ΓΌ   Efisien, dalam artian memberikan hasil lebih baik ketimbang teknik penarikan acak sederhana jika variasi populasi dalam kelompok-kelompok lebih kecil
ΓΌ  Sampel yang terambil akan memberikan informasi yang lebih baik (karena perbedaan antar kelompok/menyusun kelompok-kelompok yang homogen)
ΓΌ     Secara administrative, pelaksanaannya lebih mudah ketimbang teknik sampel acak sederhana
Meskipun demikian, teknik ini pun memiliki kelemahan yang layak untuk dipertimbangkan dalam menggunakannya, antara lain berikut:
ΓΌ  Sering tidak ada informasi awal yang tepat sebagai dasar pengelompokkan, yang mana mengakibatkan strata yang dibuat tidak sesuai dengan tujuan
ΓΌ  Harus membuat kerangka sampel yang terpisah dan berbeda untuk tiap-tiap kelompok

4.       Cluster Sampling
Definisi dari cluster sampling (penarikan sampel berkelompok) menurut Sugiarto, et al (2003:90) adalah metode yang digunakan untuk memilih sampel yang berupa kelompok dari beberapa kelompok (groups atau cluster) dimana setiap kelompok terdiri atas beberapa unit yang lebih kecil (elements). Jumlah elemen dari masing-masing kelompok bisa sama maupun berbeda. Kelompok-kelompok tersebut dapat dipilih baik dengan menggunakan teknik acak sederhana maupun acak sistematis dengan pengacakan pada kelompok pertama saja.
Teknik ini digunakan karena memiliki/mengalami 2 permasalahan, yaitu: peneliti kekurangan kerangka sampel yang baik (suatu populasi yang menyebar), dan biaya yang tinggi untuk menyusun kerangka sampel dan menjangkau setiap elemen sampel. Demikian teknik ini menjadi solusi bagi permasalahan di atas yang memiliki kecil kemungkinan dilakukan dengan teknik-teknik di atas. Teknik cluster sampling ini memiliki cara dalam penarikannya sebagai berikut:
ΓΌ  Populasi dibagi ke dalam mini populasi. Mini populasi memiliki karakteristik yang sama dengan populasi
ΓΌ  Pengelompokkan mini populasi ini bisa berdasarkan pada pengelompokkan secara administrative
ΓΌ  Setelah itu menentukan cluster secara random (bisa dilakukan secara bertingkat, missal: dari desa menjadi dukuh-dukuh atau dusun-dusun dan lain sebagainya)
ΓΌ  Cluster yang terpilih adalah unit yang berisi elemen sampel final
Teknik ini memiliki 2 kelebihan yaitu: pertama, tidak perlunya disusun kerangka sampling dari seluruh populasi yang ingin diteliti. Kedua, teknik ini tetap menjadi lebih murah karena sampel yang terambil pada akhirnya secara fisik akan terletak pada jarak/lokasi yang relatif berdekatan.
Namun teknik ini pun memiliki kelemahan yang pantas untuk dipertimbangkan yaitu adanya kecenderungan kesamaan kondisi diantara 2 sampel yang berdekatan, sehingga hanya ketika populasi tersebar secara berdekatan dapat menggunakan teknik ini. Tetapi yang perlu digarisbawahi bahwa teknik ini dapat diperhitungkan ketika data/informasi tidak dimiliki secara lengkap untuk membuat suatu kerangka sampel.

5.       Multistage Sampling
Dari segi nama, multistage yang berarti penarikan sampel secara bertahap. Hamper sama dengan cluster, dengan tahap lebih dari sekali. Misal: provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan/desa, dan seterusnya. Sesuai dengan pernyataan Sugiarto, et al (2003:98) menyatakan bahwa metode pengambilan sampel bertahap adalah metode yang dilakukan jika pengambilan sampelnya dilaksanakan dalam 2 tahap atau lebih sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengambilan sampel bertahap ini pada tiap tahap pengambilan sampelnya dapat menggunakan metode pengambilan sampel yang ataupun berbeda. Bahkan kombinasi antara probability sampling dan nonprobability sampling juga dimungkinkan.
Teknik penarikan sampel secara bertahap ini setidaknya memiliki 3 kelebihan, yaitu: teknik ini lebih efisien dan fleksibel dari pada metode acak sederhana, sampelnya hanya diperlukan bagi individu-individu yang ada dalam kelompok yang terpilih, dan biaya transportasi di lapangan akan banyak dihemat (khususnya bila kelompok-kelompok yang ada pada tahap pertama letaknya saling berjauhan). Selain itu, teknik ini memiliki kelemahan yaitu pada penerapan teorinya yang cukup rumit pada saat dilakukan analisis, sehingga bagi yang bukan ahli statistika pada umumnya akan menghadapi kesulitan untuk memahami analisisnya dan memahami prosedur pendugaannya.

6.       Area Sampling
Teknik ini digunakan karena populasi tidak dapat kerangka sampling. Kemudian dibutuhkan suatu foto udara yang jelas dan rinci dari wilayah yang akan diteliti, sehingga dapat diketahui blok-blok yang ada seperti perumahan, pertokoan, dsb. Teknik penarikan sampel sama seperti penarikan sampel secara bertahap.

             b)       Teknik Nonprobability Sampling
Nonprobability sampling dikembangkan untuk menjawab kesulitan yang ditimbulkan dalam menerapkan metode acak, terutama dalam kaitannya dengan pengurangan biaya dan permasalahan yang mungkin timbul dalam pembuatan kerangka sampel. Hal ini dapat dimungkinkan karena kerangka sampel tidak diperlukan dalam pengambilan sampel secara nonprobability. Hasil dari nonprobability sampling ini seringkali mengandung bias dan ketidaktentuan yang bisa berakibat lebih buruk. Meskipun disadari adanya kemungkinan bias dalam pemilihan sampel dengan cara ini, kenyataan menunjukkan bahwa nonprobability sampling seringkali menjadi alternative pilihan dengan pertimbangan yang terkait dengan penghematan biaya, waktu, dan tenaga serta keterandalan subjektivitas peneliti. Disamping itu, pertimbangan lainnya adalah walaupun probability sampling mungkin saja lebih unggul dalam teori, tetapi dalam pelaksanaannya seringkali dijumpai adanya beberapa kesalahan akibat kecerobohan dari si pelaksananya.
Pengambilan sampel dengan memperhatikan factor-faktor tersebut menyebabkan tidak semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih secara acak sebagai sampel. Demikian teknik nonprobability sampling ini memiliki berbagai macam cara penarikannya sebagai berikut:
1.       Snowball Sampling
Teknik sampling ini sangat tepat digunakan bila populasinya sangat spesifik. Cara pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan secara berantai, mulai dari ukuran sampel yang kecil, makin lama menjadi semakin besar seperti halnya bola salju. Cara ini dilakukan bila tidak mungkin diperoleh daftar yang lengkap dari populasi penelitian, sehingga tidak terdapat kesempatan yang sama pada anggota populasi. Karena itu, peneliti tidak dapat membuat generalisasi atau kesimpulan yang dapat mewakili populasi, hasil analisis hanya berlaku untuk anggota populasi yang diteliti. Dengan penarikan sampel secara nonprobaility ini, peneliti tidak dihadapkan pada cara-cara yang rumit. Langkah-langkah penarikan sampel dengan teknik ini dimulai dengan jumlah yang sedikit akhirnya menjadi banyak, dengan beberapa tahap (hingga menemukan data/informasi yang jenuh). Pertama, menentukan satu atau beberapa orang untuk diwawancarai, selanjutnya orang-orang tersebut akan berperan sebagai titik awal penarikan sampel selanjutnya
Berbicara teknik snowball sampling ini, maka ada kelebihan yang harus diketahui, yaitu: melihat dari terfokusnya sampel, hasil penelitian dengan snowball sampling ini dapat diperkirakan tidak akan banyak menyimpang dari apa yang sebenarnya terjadi pada populasi. Dengan kata lain, bias yang dihasilkan dari hasil penelitian relatif kecil.. namun teknik ini pun memiliki kekurangan yang perlu diketahui sebagai bahan pertimbangan berikut: kendala utama pada teknik ini terletak pada besarnya waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh informasi karena populasi yang spesifik serta tersebarnya populasi. Sehingga wawancara via telepon pun mungkin dapat menjadi salah satu jalan keluar terbaik bagi pengumpulan informasi selain pengiriman angket melalui pos. kemudian kelemahan lainnya adalah sampel yang pada tahap berikutnya adalah orang-orang terdekat (peer group), karena itu orang pertama dipilih lebih dari satu.
2.       Quota Sampling
Apabila kita amati, bahwa teknik ini mirip dengan stratified sampling, stratified sampling, yaitu denganmembagi populasi ke dalam sub-sub populasi sesuai dengan fokus penelitian. Dan penarikan sampel jatah dilakukan bila peneliti tidak dapat mengetahui jumlah yang rinci dari setiap strata.
Teknik sampling ini biasanya digunakan data dari populasi yang berkaitan dengan demografi (kependudukan) seperti: lokasi geografis, usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dsb. Pada dasarnya, quota sampling ini sama dengan judgment  sampling, sehingga quota sampling ini dapat dikatakan sebagai judgment sampling “dua tahap”. Dengan tahap pertama adalah tahapan dimana peneliti merumuskan kategori control atau quota dari populasi yang akan ditelitinya seperti: jenis kelamin, usia, ras yang terdefinisikan dengan baik sebagai basis dari keputusan pemilihan sampel. Kemudian tahap kedua adalah penentuan bagaimana sampel akan diambil.
 3.       Sequential Sampling
Penarikan sampel ini dimulai dengan pengambilan sampel dalam jumlah kecil yang kemudian untuk dianalisis. Jika hasilnya masih diragukan, maka sampel akan diambil dengan ukuran yang lebih besar dan seterusnya.
 4.       Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya purposive sampling yaitu penarikan sampel yang dilakukan untuk suatu tujuan tertentu (disengaja). Teknik ini membutuhkan kemampuan dan pengetahuan yang baik dari peneliti terhadap populasi penelitian. Untuk menentukan siapa yang menjadi anggota sampel, maka peneliti harus benar-benar mengetahui dan beranggapan bahwa orang yang dipilihnya dapat memberikan informasi yang diinginkan sesuai dengan permasalahan penelitian.
Sebenarnya ada satu teknik lagi yang termasuk dalam teknik penarikan nonprobability sampling yaitu teknik accidental/haphazard sampling atau yang dapat disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan. Penarikan sampel ini dilakukan dengan cara memilih orang yang kebetulan ditemui.
Dari berbagai teknik di atas, bermaksud untuk mempermudahkan kita dalam menentukan teknik penarikan sampel seperti apa yang paling tepat untuk jenis penelitian yang dilakukan.
Wallaahu a’lam bish shoab

REFERENSI:

Riduwan. 2012. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Sugiarto, et al. 2003. Teknik Sampling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

KARAKTERISTIK METODE KUANTITATIF DAN KUALITATIF

Mata Kuliah               : Metodologi Penelitian Pendidikan (PMAT)
Dosen Pengampu    : Dr. Heri Retnawati



REFERENSI:
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.